Orang-Orang Cina Berontak Perlawanan Pangeran Mangkubumi & Mas Said

Orang-Orang Cina Berontak Perlawanan Pangeran Mangkubumi & Mas Said



DI
S
U
S
U
N
OLEH :

Kelompok : IV

Anggota  : Ahmad Dani
             Dilla Sulistia Sari
             Irwanda
             Isnani Rahmat
             Helma Andrika
             Sintia Adila
             Wira Elfianda

KELAS : XI. IIS.3
PEMBIMBING : Drs. MASRI
MATA PELAJARAN : SEJARAH

 





SMA NEGERI 1 LABUHANHAJI
KABUPATEN ACEH SELATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB I
PEMBAHASAN

1.      ORANG-ORANG CINA BERONTAK
Awal mula datangnya orang – orang cina
  1. Orang china dating pada abad ke-5 dan sudah mengadakan hubungan dagang ke pulau jawa
  2. Pada masa kerajaan – kerajaan, banyak pedagang china yang tinggal di Indonesia di daerah pesisir dan bahkan banyak juga yang menikah dengan penduduk jawa.
  3. Pada masa VOC banyak juga orang china yang dating ke jawa
  4. VOC sengaja mendatangkan orang china Karena untuk mendukung ekonomi
  5. Tidak semua orang china yang dating adalah orang kaya, diantara mereka ada golongan orang miskin


Penyebab orang china melawan / memberontak VOC
  1. VOC menyelewengkan surat izin dengan membayar harga lebih mahal akibatnya banyak orang china yang tidak mampu membeli surat izin tersebut (Pungli)
  2. Orang china yang tidak memiliki surat izin (surat izin bermukim yang disebut Permissiebriefes atau surat pas) yang bermukin akan di tangkap dan dideportasi ke negaranya atau dipekerjakan di kebun-kebun pala milik VOC di Sri Langka, oleh Karena itu orang china membentuk gerombolan untuk memberontak VOC
  3. Meningkatnya populasi etnis Tionghoa di Batavia, sehingga pengangguran meningkat
Perlawanan orang china kepada VOC
  1. Pada tahun 1740 terjadi kebakaran di Batavia, VOC menafsirkan kebakaran tersebut disebabkan pemberontakan oleh orang china
  2. Orang china melakukan perlawanan dijawa tengah salah satu tokoh yang terkenal adalah Oey Panko
  3. Orang china mulai meluas dengan melakukan perlawanan dan kekacauan terutama di daerah pesisir jawa
  4. Perlawanan di jawa mendapatkan bantuan dari bupati
  5. Raja Paku Buwana II juga ikut melakukan perlawanan
  6. Pada tahun 1741 benteng VOC kartasura di serang hingga jatuh


Cara VOC untuk membatasi kedatangannya orang china
  1. VOC mengeluarkan bahwa setiap orang china harus memiliki surat izin atau disebut “Permissiebriefes”
  2. Apabila tidak memiliki surat izin maka akan ditangkap dan dibuang ke sri langka atau dikembalikan
  3. Orang china diberi waktu 6 bulan untuk mendapatkan surat izin
  4. Biaya untuk mendapatkan surat izin yang resmi harganya 2 ringgit per orang


Cara VOC untuk mengatasi pemberontakan orang china
  1. Serdadu VOC melakukan sweeping memasuki rumah – rumah orang china dan melakukan pembunuhan
  2. VOC segera meningkatkan kekuatan tentaranya
  3. VOC juga meningkatkan persenjataanya
Akibat Dari Kejadian
  1. Bagi bangsa Indonesia    : kerugian karena wilayah Batavia porak poranda akibat pemberontakan dan pencurian barang-barang oleh orang-orang Cina.
  2. Bagi VOC                 : keuntungan karena penyelewengan harga pembuatan surat pas yang lebih mahal dan kerugian karena benteng VOC di Kartasura diserang oleh orang-orang Cina dan dibantu Raja Pakubuwana II serta orang-orang pribumi sehingga jatuh banyak korban dari pihak VOC.
Jalannya Pemberontakan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYsYdOt9I4a5j_ZdtmeaA3fTKJIeNuvwjmm4XqleBRIFfV-EMvxKBzJzbphZ0JHIY8r6GcL3aALxZun-4wEdcVti3O-RaNXgiIb22szhsewgZx0VnjX5katOSm_tcYz3B33eg298Bj9BE/s400/23130623_Pemberontak-Tionghoa.jpg


Orang-orang Cina sudah mengadakan hubungan dagang ke Jawa dan jumlahnya pun semakin banyak. Pada masa perkembangan kerajaankerajaan Hindu-Buddha dan Islam banyak pedagang Cina yang tinggal di daerah pesisir, bahkan tidak sedikit yang menikah dengan penduduk Jawa. Begitu juga pada masa pemerintahan VOC di Batavia, banyak orang Cina yang datang ke Jawa. 

VOC memang sengaja mendatangkan orang-orang Cina dari Tiongkok dalam rangka mendukung kemajuan perekonomian di Jawa. Orang-orang Cina yang datang ke Jawa tidak semua yang memiliki modal. Banyak di antara mereka termasuk golongan miskin. Mereka kemudian menjadi pengemis bahkan ada yang menjadi pencuri. Sudah barang tentu hal ini sangat mengganggu kenyamanan dan keamanan Kota Batavia.

Untuk membatasi kedatangan orang–orang Cina ke Batavia, VOC mengeluarkan ketentuan bahwa setiap orang Cina yang tinggal di Batavia harus memiliki surat izin bermukim yang disebut permissiebriefjes atau masyarakat sering menyebut dengan “surat pas”.

Apabila tidak memiliki surat izin, maka akan ditangkap dan dibuang ke Sailon (Sri Langka) untuk dipekerjakan di kebun-kebun pala milik VOC atau akan dikembalikan ke Cina. Mereka diberi waktu enam bulan untuk mendapatkan surat izin tersebut. Biaya untuk mendapatkan surat izin itu yang resmi dua ringgit (Rds.2,-) per orang. 
Tetapi dalam pelaksanaannya untuk mendapatkan surat izin terjadi penyelewengan dengan membayar lebih mahal, tidak hanya dua ringgit. Akibatnya banyak yang tidak mampu memiliki surat izin tersebut. VOC bertindak tegas, orang-orang Cina yang tidak memiliki surat izin bermukim ditangkapi. Tetapi mereka banyak yang dapat melarikan diri keluar kota. Mereka kemudian membentuk gerombolan yang mengacaukan keberadaan VOC di Batavia.

Pada suatu ketika tahun 1740 terjadi kebakaran di Batavia. VOC menafsirkan peristiwa ini sebagai gerakan orang-orang Cina yang akan melakukan pemberontakan. Oleh karena itu, para serdadu VOC mulai beraksi dengan melakukan sweeping memasuki rumah-rumah orang Cina dan kemudian melakukan pembunuhan terhadap orang-orang Cina yang ditemukan di setiap rumah. 

Sementara yang berhasil meloloskan diri dan melakukan pembrontakan di berbagai daerah, misalnya di Jawa Tengah. Salah satu tokohnya yang terkenal adalah Oey Panko atau kemudian dikenal dengan sebutan Khe Panjang, kemudian di Jawa menjadi Ki Sapanjang. Nama ini dikaitkan dengan perannya dalam memimpin perlawanan di sepanjang pesisir Jawa.

Perlawanan dan kekacauan yang dilakukan orang-orang Cina itu kemudian meluas di berbagai tempat terutama di daerah pesisir Jawa. Perlawanan orang-orang Cina ini mendapat bantuan dan dukungan dari para bupati di pesisir. Bahkan yang menarik atas desakan para pangeran, Raja Pakubuwana II juga ikut mendukung pemberontakan orang-orang Cina tersebut. 

Pada tahun 1741 benteng VOC di Kartasura dapat diserang sehingga jatuh banyak korban. VOC segera meningkatkan kekuatan tentara maupun persenjataan sehingga pemberontakan orang-orang Cina satu demi satu dapat dipadamkan. Pada kondisi yang demikian ini Pakubuwana II mulai bimbang dan akhirnya melakukan perundingan damai dengan VOC.


2.      PERLAWANAN PANGERAN MENGKUBUMI DAN MAS SAID

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRdSN8VQGdoBiHB7oEKkrxKEBbNB6MU6Xn8TEZ9_aiwxiFnbnF0VFd7A8SUuZyBXkezz8-VKuFipgdu_rKOQbcqBv0hcpHWBcMNcuJHC60qfft2lcuiybPX9IDxuXggA2YHm7qGzr09JU/s1600/pangeran-mangkubumi21.jpg


                                                                                        Raden Mas Said

A.      LATAR BELAKANG PENYEBAB TERJADINYA PERLAWANAN.
            Latar belakang munculnya perlawan Raden Mas’said terhadap VOC, bermula ketika ia ingin meminta kepada punggawa kerajaan, untuk dinaikkan pangkat jabatannya. Hal ini didasari oleh pengalamannya sebagai Gandek Keraton (pegawai rendahan di Istana) ketika ia berusia 14 tahun. Namun permintaannya tidak dipenuhi, melainkan hanya menuai pelecehan dari keluarga kepatihan, bahkan ia dianggap membantu orang-orang Cina yang sedang berlangsung pada saat itu. Akibatnya, Mas’said sakit hati kepada VOC yang dianggapnya menjadi dalng utama yang telah mebuat kerajaan menjadi kacau akibat persekutuan yang dilakukan.
            Sedangkan latar belakang Pangeran Mangkubmi dalam melakukan perlawanan adalah tidak ditepatinya janji Pangkubuwana II, yang sebelumnya telah mengatakan bahwa barangsiapa yang berhasil memadamkan perlawanan Mas’said  ( yang lebih dulu berontak terhadap persekutuan ), maka akan diberikan hadiah. Namun , hal ini diingkari, setelah P.Mangkubuwana telah berhasil memadamkan perlawanan Mas’said. Maka terjadilah pertentangan, hal ini diperparah dengan VOC semena-mena ikut campurtangan dalam pemerintah kerajaan dengan mengatakan bahwa P.mangkubumi terlalu ambisisus dalam mencari kekuasaan.
Jika disimpulkan inti dari permasalahan yaitu VOC berusaha mencampuri urusan dalam negeri Mataram dan memaksakan kehendak melalui berbagai perjanjian.

B.      PROSES/JALANNYA PERLAWANAN
Akhirnya, Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas’said, memutuskan untuk saling bersatu melawan pemerintahan VOC, karena masing-masing , ketidakadilan yang diteriama oleh keduanya. Raden Mas’said dan Pangeran Mangkubumi semakin bersatu setelah Raden Mas’said dijadikan menantu oleh Mangkubumi. Mangkubumi dan Mas’said sepakat untuk membagi wilayah perjuangan. Raden Mas’said bergerak di wilayah timur, daerah Surakarta ke selatan terus ke Madiun, Ponorogo dengan pusatnya Sukowati. Sedang, Mangkubumi konsentrasi di bagian barat dekat Pleret ( termasuk daerah Yogyakarta sekarang ).
Hingga pada tahun 1749 dalam suasana perang sedang gencar-gencarnya terjadi diberbagai tempat, terpetik berita kalau raja Pakubuwana jatuh sakit.

Hingga dalam keadaan sakit, Pangkubuwana dipaksa untuk menandatangani perjanjian dengan VOC. Hal ini sangat berakibat pedih pada para punggawa dan rakyat Mataram.
Sebab, perjanjian itu berisi pasal-pasal :
1.     Susuhunan Pakubuwana II menyerahkan kerajaan Matarm baik secara de facto maupun de jure kepada VOC.
2.     Hanya keturunan Pakubuwana II yang berhak naik tahta, dan akan dinobatkan oleh VOC menjadi raja Mataram, dengan tanah Mataram sebagai pinjaman dari VOC.
3.  Putera mahkota akan segera dinobatkan. Sembilan hari setelah penandatanganan perjanjian itu Pakubuwana II wafat.

Hal ini semakin membuat Pangeran Mangkubumi dan RadenMas’Said, kecewa, hingga mereka semakin meningkatkan perlawanan terhadap VOC.
Mereka semakin gencar melaksanakan Perlawanan ,Mangkubumi dan Raden Mas Said mendapat dukungan dari rakyat Mataram dan para bupati pesisir. Para pemberontak di Jawa Tengah juga menggabungkan diri dengan mengadakan perang gerilya yang sangat merugikan Belanda.


Pertempuran ini terjadi di sungai Bogowonto, pasukan VOC banyak yang binasa, dan pimpinan VOC De Clerk juga tewas. VOC akhirnya berhasil membujuk Pangeran Mangkubumi untuk menandatangani Perjanjian Giyanti (1755).
Isi Perjanjian Giyanti adalah Kerajaan Mataram dibagi dua, yaitu:
 a.    Mataram Barat diserahkan kepada Pangeran Mangkubumi dengan gelar  Hamengku Buwono I, kerajaannya dinamakan Kasultanan Yogyakarta. b.    Mataram Timur, tetap dikuasai oleh Paku Buwono III, kerajaannya dinamakan Kasultanan Surakarta. Untuk menghentikan perlawanan Mas Said, VOC pada tahun 1575 membujuknya untuk menandatangani Perjanjian Salatigayang isinya Kerajaan Surakarta dibagi dua, yaitu:
 a.    Bagian barat diperintah oleh Sultan Paku Buwono III, dan disebut Kasunanan.
b.    Bagian timur diperintah oleh Mas Said, yang bergelar Pangeran Adipati Mangkunegoro I, wilayahnya disebut Mangkunegaran.

C.      Akibat dari perlawanan Pangeran Mangkubumi dan MasSaid
Akibat dari perlawanan Pengeran Mankubumi dan Mas Said baik untuk Indonesia maupun VOC yaitu dampak yang ditimbulkan perang untuk Indonesia yaitu membuat Mangkubumi bersedia menandatangani perjanjian Griyanti dan  Raden Mas Said menandatangani perjanjian Salatiga. Perjanjian yang mereka setujui untuk menghentikan perlawanandan memperoleh wilayahnya masing-masing sesuai pada perjanjian serta mempersempit wilayah mataram dan banyak masayarakat pribumi tewas dalam perlawanan.

Sedangkan dampak yang ditimbulkan untuk VOC yaitu banyak prajurit Belanda yang tewas dalam perang  terutama pimpinan VOC De Clerk juga tewas. Hal ini membuat pihak VOC tak bisa berkutik lagi sehinggaVOC harus membuat perjanjian dengan Pangeran Mangkubumi untuk menandatangani Perjanjian Giyanti (1755)dan Raden Mas Said untuk menghentikan Perlawanan.Mitrahamidimmcom@gmail.com

Comments

Popular posts from this blog

Makalah NERACA OHAUS 2 dan 3 lengan

Makalah Limbah organik Plastik Mitrammcom

Makalah Jam Pasir